BAB 6
JEMBRANA DITAKLUKAN BELANDA
ZAMAN RAJA KE IV GST PUTU NGURAH
1842 – 1855 M
A.
AWAL PEMERINTAHAN GST PUTU NGURAH
B.
BULELENG, JEMBRANA DIBAWAH TAKLUK BELANDA
1. Perang Buleleng
2. Perang Jagaraga
3. Buleleng di Bombardir
C.
TRAKTAT PERJANJIAN
1. Menyambut Surat
Buslit
2. Situasi Negeri Awal
masa Regent
a. Pengembangan Agama
b. Tentang Lestari Adat
Budaya
c. Bidang Keamanan
Negeri
d. Tentang Ekonomi
3. PENCACAHAN JIWA
D.
PUNGGAWA GUSI PASEKAN AKRAB DENGAN LOLOAN
1. Sakwasangka
BAB 6
JEMBRANA DITAKLUKAN BELANDA
RAJA KE IV GUSTI PUTU NGURAH
1842 – 1855 M
LATAR BELAKANG
Sejarah menyebut, bahwa pada tahun 1842 m, raja ke
3 Jembrana yaitu Gusti Agung Putu Seloka telah turun dari tahtanya keperluan
istirahat, maka sebagai pengganti dirinya itu di nobatkanlah putra tunggalnya
menjadi raja jembrana ke IV berkedudukan di Puri Agung Negara. Nama putra
tunggal tersebut ialah Anak Agung Made Raka. Dan sebagai wakilnya yaitu
sepupunya bernama anak Agung Made Rai Putra dari Gusti Agung Ngurah Madangan,
berkedudukan di Puri Anom Jembrana.
Catatan
:
Berdasarkan
keterangan dari seorang Pangelingsi Puri Agung Negara yang lahir dilingkungan
Puri tersebut tahun 1915 m namanya Anak Agung Ari, pada jumat 13 Desember 1991
m, menyebutkannya begini ” Raja Agung Gede Seloka punya putra Cuma seorang saja,
namanya Anak Agung Made Raka. Apabila Made Raka telah menjadi raja jembrana,
maka namanya bergelar gusti Agung Putu Ngurah”.
A. MASA AWAL PEMERINTAHAN GUSTI AGUNG PUTU NGURAH
Dalam struktur pemerintahanya, bahwa daerah kerajaan jembrana terdiri dalam dua wilayah distrik, dan setiap distrik dibawahi seorang punggawa antara lain :
1. Distrik mendoyo,
Gusti Made Geduk sejak 8 Oktober 1840 m dan punya kekuasaan atas daerah distrik
mendoyo saja
2. Distrik Jembrana di
bawah seorang asal buleleng sejak 1840 m berkedudukan di dusun Pemedilan
Jembrana, namanya Gusti Ngurah Made Pasekan. Rumahnya lazim disebut Jero
Pasekan. Kekuasaanya atas rakyatnya yang hindu dalam wilayah distrik Jembrana
saja dalam menunaikan tugas, ia dibantu seorang kepala keamaanan, namanya Pan
Kelab.
Adapun punggawa dipihak yang
lain disebut perbekel, dijabat datuk Amsyik bergelar pak Mustika berkedudukan
di terusan Loloan Barat Sedangkan kekuasaan bagi Pembekel ialah meliputi
seluruh warga muslimin di negeri Jembrana itu antara lain Air Kuning, Loloan
Timur, Loloan Barat Banyubiru Baluk, Banyubiru Anakan, Pengambengan dan Cupel.
Tersebut
bahwa pada masa awal pemerintahan Raja Gusti Putu Ngurah itu situasi dalam
negerinya itu aman dan tentram, pergaulan rakyatnya antara yang hindu dengan
yang muslimin selalu saja baik-baik dan damai. Kehidupan keseharian mereka itu
di bidang ekonomi selalu tolong-menolong, mereka itu sama sibuk urusan jual
beli di pasar Loloan, yaitu berdagang hasil-hasil tani, dan juga berdagang di
bandar-bandar perahu orang Loloan
Gusti
Agung Putu Ngurah sebagai raja, dan juga wakilnya Gusti Agung Made Rai, selalu
bersikap baik bahkan berupaya adil terhadap rakyatnya yang berbeda keyakinan
agama itu. Adapun masalah perbedaan keyakinan agama, sekali-kali tidak pernah
ada rintangan untuk menjalankan syariatnya masing-masing.
Dakwah
Islamiyah misalnya di Loloan, di Ait Kuning dan di manapun muslimin itu
bermukim tidak pernah ada rintangan dari pihak-pihak tertentu. Demikian pula
dari pihak kaum hindu, tidak pernah ada rintangannya dalam mereka itu
menjalankan ritual agamanya. Adapun masalah dibidang pertanian disebutkan,
bahwa tidak pernah ditolak Raja jika ada rakyatnya berkenan membuka hutan untuk
lahan bertani. Dengan gembira baginda raja memberinya ijin membuka hutan supaya
lahan pertanian dinegeri jembrana itu semakin luas sawahnya. Dengan demikian
dicita-citakan agar produk dalam negerinya kian melimpah, tentu saja kehidupan
rakyatnya rata-rata dalam makmur
Setengah
dari warga muslimin ada yang memohon ijin dari baginda untuk membuka hutan dalam
kekuasaan Tegal Badeng yaitu dalam dusun
Puana.pemohon ijin itu ialah Datuk Kalibin asal Pacitan Jawa Timur. Maka upaya
Datuk Kalibin itu diikuti pula oleh kaum muslimin lainya dari Loloan. Hingga di
zaman sekarang ini setengah kawasan dusun Puana Tegal Badeng itu banyak
dimiliki oleh warga Muslimin loloan Barat.
Demikian
ini banyak di isyaratkan oleh para pendahulu di Loloan, diantaranya Datuk
Kalibin pelaku penambah hutan, menceritakan kepada salah seorang putri
bungsunya dari enam bersaudara yaitu nenek karimah. Dan nenek karimah itu
mencetitakan pula kepada putrinya bernama saodah (nenek saodah Abd Rohim)
Setengah
dari warga hindu ada pula merabas hutan dalam kawasan dusun Puana itu,
selanjutnya mereka itu bertani menanam kelapa dan palawija diantara mereka itu
ialah keluarga PanLadri , Pan Sempek dan lain-lain (Men Ladri)
Setengah
rombongan pernah datang dari desa babakan jawa timur di pandu Datuk Kalibin .
setelah dibukakan ijin buat mereka dari baginda raja, maka serentak mereka itu
membuka hutan dalam desa kaliakah hingga sekarang ini dusun yang dahulu mereka
rambah itu menjadi nama ” Babakan” (Syaich Ahmad Hasyim)
Masih banyak lagi kawasan hutan yang dirambah
warga muslimin loloan diberbagai dusun seperti Banyubiru, Bubuk, Cupel, Rening,
Pebuahan dan lain-lain
Begitulah
sikap baginda gusti Putu Ngurah terhadap Rakyatnya tidak pernah menghaalangi
harapan mereka yang berkenan membuka lahan bertani. Diantara hutan yang
dirambah adalah Dusun Air Anakan oleh Datuk Moh Sholeh asal Mandar Sulawesi
Barat. Dan juga oleh keluarga lain yaitu Datuk Moh Rawi dan lain-lain lalu
bertani kelapa, palawija dan juga bertanam padi. (Datuk A Djabbar)
Dari
pihak hindu dalam dusun Air Anakan Hutanya dirambah keluarga Pan Suwiri, Pan
Wingo dan Lain-lain di dusun Rening oleh keluarga Pan Resti. (Pan Swiri)
B. BULELENG,
JEMBRANA DI BAWAH TAKLUK BELANDA
1. PERANG
BULELENG
Latar
Belakang
Menurut
sejarah Bali, bahwa pada tahun 1844 M yang berkuasa pada zaman itu ialah Gusti
Agung Made Karang. Dan Patihnya bernama Gusti Ngurah Jilantik. Ada satu adat
yang kokoh dibali, yang sudah berabad-abad dahulu telah berlaku dalam negeri
itu yaitu adat Tawan Karang namanya artinya bila saja ada perahu asing yang
terdampar dipantai dalam satu kawasan kekuasaan raja di bali, maka perahu itu
dan segala isinya dirampas oleh anak negeri itu jadi milik kerajaan.
Pada
suatu masa dalam tahun 1845 dipantai sanggit Buleleng ada satu perahu dari jawa
milik bangsa belanda terdampar diterjang ombak akibat cuaca buruk angin ribut.
Kapal yang terdampar itu bermuatan barang-barang berharga termasuk jenis-jenis
senjata dan juga meriam. Diantara anak buah kapal itu melibatkan orang-orang
Indonesia juga. Dengan demikian perahu itu bukan saja perahu dagang, melainkan
perahu perang. Akhirnya pada masa itu segala isi perahu terdampar dipantai
sangsit itu dirampas rakyat negeri itu. Tidak lama berselang peristiwa itupun
didengar pemerintah belanda di betawi. Kemudian Gubernur J.J ROCHUSSEN
memerintahkan menyiapkan satu ekspedisi menyerang kerajaan buleleng itu. Tetapi
sebelum penyerangan itu dilakukan oleh belanda, lebih dahulu menempuh jalan
damai dengan cara membuka perundingan dengan pihak buleleng. Maka pemerintah
belanda mengutus seorang residen Basuki yaitu JFJ MAIYOR menghadap raja
buleleng tahun 1845, meminta agar perahu dan segala isinya itu segera
dikembalikan kepada belanda. Jika tidak, maka belanda akan memberikan beberapa
ancaman. Namun usaha belanda itu tidak berhasil.
Raja
buleleng Gusti Made Karang dan Patih Ngurah Jelantik tetap saja menentang usaha
dan upaya belanda itu tersebut pada tanggal 23 Mei 1846 M, sebuah kapal belanda
memuat ekspedisinya mendarat di pelabuhan buleleng. Pihak belanda mengirimkan
utusannya kepada raja buleleng itu. Tulisanya meminta jawaban atas permintaan
yang pernah disodorkan melalui perjanjian masa lalu. Raja Buleleng itu dan
patihnya tetap saja pada pendirianya , maka jawaban pun ditunda alasanya akan
mengadakan perundingan dengan raja kelungkung dan karangasem. Padahal dibalik penundaan
itu ngurah jelantik mempersiapkan segala laskarnya dan menyusun kekuataan .
ketika ngurah jelantik tiba di istana Raja Kelungkung untuk menyampaikan
pendirian Raja buleleng atas sikap Belanda, ternyata utusan belanda itu sudah
ada disana . Ngurah Jelantik dan Raja Kelungkung membuka perundingan dihadiri
oleh utusan Belanda itu di istana raja itu. Namun ngurah Jelantik tetap saja
pendiriannya tidak menuruti kehendak belanda dan siap melawanya. Sekembalinya
patih ngurah jelantik itu di buleleng dari kelungkung, maka ia menyiapkan
laskarnya berjaga-jaga ketat, jika ada serangan mendadak dari pihak belanda.
Pihak Buleleng sudah mempersiapkan perbentenganya disebuah bukit yang
dikitarinya dengan ranjau-ranjau, bambu runcing dan pagar berduri.
Tersebut
pada tanggal 24 Juni 1846 m datanglah satu ultimatum Belanda kepada raja
Buleleng bahwa dalam tempo dua kali dua puluh empat jam Buleleng harus sudah
menyerah kepada belanda tetapi buleleng tidak merasa gentar, tetap saja pada
pendirianya tidak mau menyerah. Apabila tempo yang diberikan belanda itu sudah
habis, maka belanda itupun melakukan serangannya atas buleleng. Akibatnya
terjadilah perlawanan sengit antara rakyat Buleleng dengan Belanda. Dalam
serangan pertama itu banyak sekali pihak buleleng yang gugur. Tetapi pihak
belanda sangat berat sekali menghadapi pihak buleleng itu. Terbukti pada masa
itu Belanda meminta agar didatangkan bantuan laskar. Ternyata sejumlah besar
pasukanya datang, dibawah pimpinan Letnan HOOGENHUIS dengan senjata lebih besar
dan Modern pada tanggal 28 Juni 1846 m. Pada masa itu terjadi lagi pertempuran
yang hebat dan sengit, sehingga istana raja yang menjadi kebanggaan rakyat
habis ludes dibakar Belanda.
Rakyat Negeri Jembrana Serontak Siap Siaga
Pada
dasarnya kerajaan Jembrana dengan Buleleng adalah kerajaan saling
bersahabat.bahwa peperangan hebat di Buleleng itu, beritanya sudah sampai
dinegeri Jembrana, Raja Jembrana Gusti Putu Ngurah dan panglimanya Gusti Ngurah
Made rai memberi perintah agar seluruh rakyat agar seluruh rakyat dalam
negerinya itu bersiap siaga terhadap kemungkinan jika daerah kerajaan jembrana
kena imbas peperangan seperti buleleng melawan belanda itu.
Penggawa
Gusi Pasekan dan Pan Kelab menggerakkan rakyat dalam kawasan desa jembrana di
puri agung negara siang malam di jaga ketat laskar kerajaan, karena disitu raja
jembrana bertahta. Adapun masyarakat muslimin di loloan, air kuning, dan
didusun manapun mereka itu mukim, di situ siap siaga menjaga kawasanya
masing-masing. Di Loloan, datuk Sayid Abdullah Al Qadri telah memberi komando
panglima perangnya datuk Ahmad Muntahal, agar masyarakat muslimin Loloan
membangun sebuah benteng pertahanan, benteng tersebut di bangunnya di dalam
Loloan Timur, yang dikemudian masa nama benteng itu dikenali dengan sebutan ”Benteng
Patima”
-
Apakah Benteng Patima itu ?
Menurut versi loloan diantara
sesepuhnya yang bercerita ialah datuk H. Mohammad Ihsan dan Datuk Abdul Halim
Ahmad yang bersumber dari para pendahulunya juga di Loloan, bahwa sarana dasar
benteng tersebut adalah sebuah Jilinjingan (parit) . Jilinjingan tersebut
hingga hari ini masing nyata keberadaanya, alurnya dari utara ke selatan yang
pada masa lampau itu merupakan pembatas paling timur bagi kampung Loloan Timur
. tetapi di Zaman sekarang aliran air jilinjingan itu membelah kampung loloan
timur itu. Dan keadaan kedalaman tebing tepian kiri kanan jilinjingan itu tidak
lebih dari satu meter saja.
Bagaimana upaya membangun benteng itu ?
Menurut Datuk H.
IKHSAN dan datuk Abdul Halim Ahmad, dan lain-lain, bahwa bahan baku benteng itu
terdiri dari batang pohon-pohonan, terutama yang berduri-duri seperti pohon
cangging, adapula digunakan batang pandan duri. Batang-batang pohon itu diatur dan di tumpuk, di tatah pada tepian timur
jalan jingan itu. Panjang tatahan batang-batang pepohonan itu meliputi (belasan
meter, dari utara keselatan). Kalau saja ada orang berdiri di barat tumpukan
pepohonan itu, maka ketinggianya sebatas dada orang dewasa. Menurut Datuh H
Ikhsan bahwa disebelah timur benteng itu dipasangnya tiga buah meriam,
masing-masing menghadap ketimur, ke arah timur laut, dan juga arah tenggara.
Karena
apa di hadapkan kearah itu ? karena arah yang dihadapi meriam-meriam itu, belum
ada rumah warga yang tegak di situ. Kawasanya itu masih merupakan sawah-sawah
milik rakyat jembrana. Maka diseputar benteng yang kemudian masa bernama
benteng Patima itu, laskar-laskar Loloan selalu berjaga-jaga siang dan malam
selalu bergantian di bawah datuk Ahmad Muntahal, selama masa buleleng berperang
melawan belanda.
Adapun
pusat pertemuan para muslimin di zaman itu ialah di masjid loloan( sekarang
Baitul Qadim Loloan Timur) dan
diselatanya yaitu rumah panggung datuk H Ahmad Noer. Riwayat bahwa dirumah itu
Raja Gusti Putu Seloka pernah diungsikan dari Puri Agung Negara tahun 1821 M
akibat perang Jembrana dengan Buleleng
2. Perang
Jagaraga
Selanjutnya
sejarah Bali menceritakan, bahwa istana raja Buleleng sudah habis dilahap si
jago merah. Kolonel belanda telah merasa negeri buleleng itu telah jatuh
ketangan mereka. Karena itu, Raja diharuskanya menandatangani perjanjian dengan
belanda pada 9 Juli 1846 M, bahwa raja buleleng sudah menyatakan menyerah
kepada Belanda itu, sebenarnya itu Cuma siasat, maka raja buleleng mau menanda
tangani perjanjian itu supaya sementara peperangan berhenti, dan benar akibat
sang raja mau bertanda tangan itu, maka puaslah hati belanda dan akhirnya
peperangan itu berhenti, tetapi di balik itu gusti ngurah Jilantik yaitu patih
Raja yang bijak, menyusun kekuatan laskar rakyatnya Jagaraga bersiap-siap
segala sarana untuk menghadapi perang dimasa datang.
Mereka
itu dibantu rakyat Buleleng membuat perbentengan yang kuat, hingga dua tahun
lama pengerjaaanya barulah selesai, dengan sistem perbentengan ”Supit Urang”
upaya untuk menyulitkan bagi belanda menghadapi benteng supit urang itu maka
benteng itu dipenuhinya dengan parit-parit dan ranjau-ranjau bambu. Rupanya
Belanda itu sudah mendengar keadaan benteng supit urang yang luar biasa itu,
namun Belanda sudah tidak memperdulikannya lagi. Karena raja buleleng itu sudah
nyata menandatangani perjanjian damai dengan Belanda.
Selanjutnya,
bahwa untuk menambah kekuatan Buleleng dibidang laskar, maka Patih Ngurah
Jilantik memohon bantuan laskar kepada beberapa kerajaan di Bali, antara lain
Badung, Mengswi, Gianyar, Karangasem, bahkan Jembrana maka seluruh bantuan laskar bali yang datang
ke buleleng dari segala pihak, telah mencapai 4000 orang
Kerajaan
jembrana juga mengirimkan laskarnya ke jagaraga di bawah komandanya Pan Kelab
sejarah bali tidak ada yang menyebut berapa banyak laskar jembrana yang dikirim
kesana. Sementara versi jembarana menyebut, bahwa kerajaan jembrana dimasa itu
mengirim laskarnya 500 orang
Apabila
seluruh pasukan Bali dari beberapa kerajaan di Bali telah berkumpul dibenteng
jagaraga itu, tiba-tiba benteng itu diketahui oleh pasukan belanda. Akhirnya
pada tanggal 7 maret 1848 M pemerintah Belanda dari Batavia mengirimkan kapal
perangnya mendarat di pantai sangsit. Maka desa itu dijadikanya pangkalan
pasukan Belanda untuk mempersiapkan peperangannya terhadap benteng jagaraga
itu.
Tersebut
pada tanggal 8 Juni 1848 M Belanda telah mulai serangannya terhadap benteng
jagaraga, Belanda telah melancarkan seranganya dengan tembakan-tembakan meriam
dari atas kapalnya maupun dari pantai sangsit, disamping itu mereka juga
mengirimkan pasukan daratnya.
Dalam
penyerangan pertama, pasukan Belanda itu banyak sekali yang gugur karena belum
tau siasat perang laskar Bali itu. Melalui perbentengan timur atau supit urang
kanan, pasukan jagaraga berhasil memeukul pasukan Belanda itu hingga terputus.
Karena itu maka daerah Bungkulan dapat dikuasai pasukan jagaraga. Akhirnya
pasukan Belanda itu mendapat pukulan keras dari puhak jagaraga, sehingga dari
pihak Belanda banyak sekali yang jatuh korban.
Pada
tanggal 20 Juni 1848 M armada Belanda kembali ke Batavia tujuannya mengambil
bala bantuan disana. Sementara itu dijagaraga pasukan bali itu menyusun
kekuatan, hampir 10 bulan sudah pertempuran itu terhenti. (Ulasan sejarah Bali)
Adapun
seluruh rakyat negeri Jembrana di bawah komando kepala perang Gusti Made Rai,
agar selalu siap siaga dan terus berjaga-jaga ditempat-tempat yang penting,
dimuara perancak para laskar jembrana lebih serius mengawasi keadaanya kalu ada
kapal-kapal Belanda yang masuk disana. Rakyat Jembrana rupanya juga sudah tekad
dan siap siaga di Benteng Patima. Meriam-meriam mereka sudah terpasang rapi
disana dan tiap gemgam tangan mereka, terpegang bambu runcing, golok kelewang
dan juga tombak. Demikian itulah kenyataan tekad masyarakat muslimin, mereka berupaya
mempertahankan setiap jengkal tanah airnya dari pada dikuasai bangsa asing itu.
(Versi Loloan)
3. BULELENG DI BOMBARDIR BELANDA
Sesungguhnya
keyakinan atau firasat semuanya pasukan Bali di Buleleng itu tidak meleset,
bahwa sejak tanggal 20 Juni 1848 M armada belanda tersebut telah pulang ke
Batavia (Jakarta). Namun kepulangan mereka itu di Batavia bukan untuk selamanya
tetapi pasti akan kembali ke Buleleng dengan kekuatan yang lebih besar lagi.
Benar, ternyata pada tanggal 15 April 1849 M ekspedisi Belanda yang kedua
datang kembali menyerang benteng jagaraga pimpinan mereka itu adalah mayor
Jendral MICHIEL dan Letnan Kolonel de Braw.
Mula-mula
ekspedisi itu mendarat di sangsit kemudian langsung memborbardir Buleleng
dengan Meriamnya secara terus-menerus. Akibat itu, betapa banyaknya Pasukan
Buleleng itu yang gugur untuk menghindari sasaran meriam itu, kepala perang
Gusti Ngurah Jilantik memerintahkan pasukanya mundur.
Akibat
itu Belanda pun mendapat peluang yang baik. Dengan mudah saja pasukan Belanda
itu mendarat pada 16 April 1849 M, dan langsung menyerang benteng jagaragai
itu. Di benteng itulah pusat pertahanan pasukan Buleleng yang bergabung dengan
pasukan-pasukan dari kerajaan-kerajaan lain diBali. Termasuk pasukan asal
jembrana bergabung didalamnya. Akhirnya terjadilah perang hebat di Panarukan
pada masa itu pula.
Dengan
semangat yang tinggi dan dengan segala keberanianya pasukan panarukan itu tetap
gigih menghadapi musuh yang besar itu. Namun nyatanya persenjataan pihak
Belanda jauh lebih unggul dan Modern, akibat itu pasukan terpaksa harus
menyerah. Sekarang penyerangan Belanda tertuju kepada benteng jagaraga,
berdasarkan pengalaman juga dimasa lalu, bahwa pihak belandalah yang banyak
gugur, maka upaya penyerangan yang sekarang dilakukannya dari dua arah, yaitu
dari depan dan dari belakang supit urang itu. Maka Belanda itu berhasil
mengurung benteng jagaraga itu. Dengan begitu segala pasukan jagaraga itu dalam
posisi terjepit.
Namun
pasukan itu terpaksa melawanya juga dengan daya dan kemampuanyang ada pada
mereka maka terjadilah peperangan hebat dan sengit di waktu itu. Patih Gusti
Ngurah jilantik terpaksa ia harus mundur. Tetapi istrinya bernama jerop
Jempiring dengan gigihnya ia maju dalam peperangan itu. Akhirnya dengan senjata
tajam yang seadanya ditangannya itu terpaksa merenggang nyawa ditembus peluru
musuhnya pada waktu itu juga. I Gusti Ngurah Jelantik bersama beberapa orang
lainya berkenan menuju karangasem. Tujuannya meminta pasukan pula disana,
tiba-tiba dalam perjalanan menuju kesana itu semuanya saja tewas terbunuh oleh
Belanda. Adapun pada peperangan babak kedua itu, jatuhlah benteng Jagaraga ke
tangan Belanda. Pada tanggal 19 April 1849 M, dengan menelan jiwa cukup besar
dikedua belah pihak, Akhirnya dengan jatuhnya Panarukan dan Jagaraga, Berarti
jatuhlah kerajaan Buleleng ke tangan Belanda. Dan kerajaan jembrana sebagai
kerajaan sahabat Buleleng itu, ikut jatuh pula ketangan musuh itu. Maka sejak
tahun itulah dua kerajaan yang bersahabat itu di bawah kekuasaan pemerintah Belanda.
(Ulasan Sejarah Bali)
C. TRAKTAT
PERJANJIAN
Pan
Kelab sebagai kepala pasukan Jembrana dan anggota pasukannya terpaksa harus
pulang kenegri Jembrana, setelah seluruh pasukan Bali mati-matian menjaga dan
membela Benteng itu dari pada jatuh ketangan Belanda, maka betapa banyaknya
korban yang jatuh di kedua belah pihak. Namun tidak ada yang menjelaskan
berapakan pasukan jembrana yang gugur dalam peristiwa itu.
Selanjutnya
apabila Buleleng jatuh ketangan Belanda dan melibatkan kerajaan Jembrana pula,
maka pemerintah Belanda itu telah berupaya untuk memperluas kekuasaannya atas
dua wilayah yang ditaklukanya itu. Khusus untuk daerah jembrana diperlakukanya
dengan cara perjanjian dengan raja jembrana, dan para petinggi kerajaan itu.
Perjanjian yang dimaksud diadakan antara pihak kerajaan Jembrana dengan pihak
pemerintah Belanda, bertempat di Puri Agung Negara pada Tanggal 30 Juni 1849 M.
Isi perjanjian itu terdiri atas 16 pasal, menyetakan bahwa antara kerajaan
Jembrana dengan pemerintah Belanda telah ada ikatan Politik. Perjanjian dari 16
pasal itu dinyatakan sebagai berikut:
-
Pasal satu : Ditetapkan bahwa raja Jembrana (
Gusti Agung Putu Ngurah) mengakui daerahnya merupakan bagian dari tanah Hindia
Belanda, dan Kerajaan Jembrana harus mengibarkan bendera Belanda (Merah, Putih,
Biru) Baik dipelabuhan-pelabuhan maupun dikerajaan
-
Pasal dua: dinyatakan bahwa, kerajaan jembrana
tidak boleh diserahklan kepada bangsa kulit putih yang lain tanpa ada ijin dari
pemerintah Belanda
-
Pasal ketiga: di tetapkan Bahwa, raja berjanji
tidak akan mengirim, menerima surat utusan dari dan kebangsa lain tanpa ada
pemberitahuan pemerintah belanda
-
Pasal keempat : dinyatakan bahwa raja tidak akan
memberikan bangsa asing lain untuk menetap dijembrana tanpa ada pemberitahu
pada Pemerintah Belanda.
-
Pasal Kelima: dinyatakan, bahwa kalaupun ada orang
asing lain berkenan tinggal dijembrana, maka pengawasannya diserahkan kepada
raja.
-
Pasal enam : disebutkan : bahwa pemerintah Belanda
berhak menempatkan wakilnya dijembrana
-
Pasal tujuh : disebutkan, bahwa kapal-kapal atau
perahu-perahu dari jembrana jika singgah atau berlabuh dikuasaan pemerintah
Belanda akan mendapat perlakuan yang sama dengan kapal atau perahu dari
kerajaan lain yang bersahabat dengan pemerintah belanda
-
-
Pasal delapan : dinyatakan, bahwa kerajaan
jembrana berkewajiban untuk menghancurkan benteng-benteng yang bermusuhan
dengan pemerintah belanda
-
Pasal Sembilan : menyebutkan, bahwa raja
berkewajiban untuk membantu pemerintah belanda jika menghadapi peperangan
-
Pasal sepuluh : menyebutkan, bahwa raja berjanji
melarang rakyatnya ikut dalam kelompok bajak laut, dan tidak memberikan ijin
bajak laut menjual barang-barangnya di darat.
-
Pasal sebelas : disebutkan, bahwa raja
berjanjiuntuk melepas adat tawan karang dan bila ada kapal atau perahu kandas,
berhak menolong dan menempatkan didaerah pemerintah Belanda
-
Pasal Dua Belas: Disebutkan , bahwa dalam hal
pertolongan terhadap kapal kandas dan pengangkutan barang-barang, penentuan
upah harus dimusyawarahkan bersama dengan wakil-wakil dari pihak raja
masing-masing, empunya kapal dan dari perhimpunan penimbangan dan bila mendapat
kesulitan perkaranya diserahkan kepada gubernur jenderal di Batavia
-
Pasal tiga belas : dinyatakan , bahwa raja tidak
diperkenankan untuk menjual rakyatnya sebagai budak.
-
Pasal empat belas: disebutkan, Bahwa raja Jembrana
berkewajiban menyerahkan penjahat atau serdadu pemerintah Belanda apabila
melarikan diri dari wilayah kerajaan jembrana
-
Pasal lima belas : dinyatakan, bahwa selama
pemerintah Belanda menyerahkan segala urusan kepada raja, maka unuk urusan
dalam negeri pemerintah belanda tidak akan turut campur dan menyerahkan kepada
sekalian raja.
-
Pasal enam belas : disebutkan, bahwa dengan
perjanjian ini segala perjanjian yang sudah terbuat dahulu antara gupernement
Hindia nederland dan raja negeri jembrana sudah tidak berguna lagi.
Demikian dibuat empat kali
lagi mensahkan dengan tanda tangan dan menaro cap di hadapan orang-orang
tersebut dibawah ini .
Termaktub pada 9 hari bulan
sya`ban tahun 1265 H. Yaitu 30 hari bulan juni 1844M. (tanda tangan dengan
huruf bali )
ü Gusti Putu Ngurah
Djembrana (Raja)
ü Ida Gede Made Mangali
(Pedanda Agung)
ü Gusti Made Pasekan
(Sedahan Agung)
ü Gusti Gede Sadahan.
(Sedahan Agung)
Bahwa surat perjanjian ini
sudah ditetapkan oleh kita Sri Paduka yang di Pertuan Besar Minister Pan selat
Gurnadur Jenderal dari tanah Hindia Nederland kepada 25 hari bulan Agustus
tahun 1849.
Cap :
Gouverneur General Van
Nederlandch, Indie
(Arsip Nasional 1964 : 249)
Dan selanjutnya disebutkan
bahwa pengawasan atas kerajaan buleleng dan jembrana adalah dari residen
Banyuwangi dan para Commisaris untuk urusan Bali dan Lombok.
1. Menyambut
Surat Buslit
Tidak
seberapa lama setelah surat traktat perjanjian itu ditandatangai empat pejabat
tinggi kerajaan jembrana, maka datang pula surat dari pihak Belanda kepada
pihak kerajaan Jembrana, yaitu yang dikenali surat Baslit. Pada suatu hari
dibulan Juni 1849 M, datanglahdi jembrana (Kota Negara) beberapa serdadu
belanda mengawal Commisaris (dari Banyuwangi) namanya E. Schalk menyampaikan
sebuah surat Buslit /keputusan dari gubernur Hindia Belanda di Betawi kepada
raja Jembrana gusti agung Ngurah
Dalam
surat tersebut dinyatakan bahwa kekuasaan raja yang tidak terbatas oleh Belanda
menyebutnya Absuluut Monarchie telah dihapuskan. Raja harus tunduk dibawah
undang-undang Hindia Belanda, Begitu pula dalam konstitusi pemerintahan
kerajaan jembrana. Tiap ada keputusan raja jembrana harus semufakat punggawa,
Pangmehpraja, di dalam suatu sidang pertemuan adapun hal-hal yang seterusnya
bole berlangsung di negeri jembrana antara lain : pengembangan agama
masing-masing dari penduduk jembrana baik mengenai hukum-hukum agamanya, maupun
adat istiadat, budayannya, awis-awis desa, kerama subak dan lainnya. Semuanya
itu dapat dilaksanakan sebagaimana semula.
ü Dan diwajibkan
membayar upeti (pajak) yang penyetornya tiap bulan tatkala tuan Commusaris
datang dari banyuwangi jawa timur
ü Dan wajib pula
menjaga keamanan negeri, dan wajib pula menjaga ketertiban umum bagi rakyat
ü Dan wajib membangun
perekonomian negeri jembrana
Adapun setelah isi surat beslit itu diumumkan oleh
raja jembrana kepada seganap rakyat dalam negerinya, maka tuan E.Schalk mewajib
atas semua rakyat menyambut surat beslit itu dengan segala gembira, sebagai
bukti dari benarnya kegembiraan itu, maka semua raktyat dalam negeri itu harus
merayakanya dengan cara pesta besar-besaran.
Bagaimana pesta besar-besaran itu?
Tentang keadaan bagaimana pesta besar-besaran itu
dilaksanakan, tidak ada keterangannya yang lebih rinci. Namun disebutkan, bahwa
pesta besar itu diselenggarakan dilapangan Puri Agung Negara, dihadiri oleh
segenap pembesar kerajaan dan beberapa pejabat Pemerintahan Belanda dan pula
segenap rakyat negeri itu.
Mendiang
Bapak Agung Ari Putra Anak Agung Made Rai ditempat kediamanya dilingkungan Puri
Agung Negara, pernah menyebut bahwa pesta besar itu dilaksanakan dilapangan
puri Agung Negara. Cuma diterangkanya bulan dan tahun berapa pesta besar itu
berlangsung. Kemudian saya (Penulis) memberikanya pendapat bahwa pesta besar
itu keras diduga berlangsungnya dalam Juli 1849 M. Alasanya mungkin pesta besar
itu terselenggara jika sudah berselang
lama dari surat Buslit itu di umumkanya. Rupanya pendapat saya itu
dimufakatinya juga oleh beliau.
Kemudian
bapak mantan pegawai penjara itu mengajak saya masuk dibagian belakang
rumahnyalalu kepada saya bealiau memperlihatkan sebuah Belanga Besar yang
terbikin dari pada besi. Beliau berkata ” ini adalah salah satu jembangan yang
pernah ada di puri ini. Jembangan ini dahulu dipakai masak-masak daging buat
pesta besar, karena menyambut surat beslit Belanda Katanya. ” Jembangan begini gedenya, dipakai masak daging
apa saja Agung Aji?”tanya saya. Yah, daging sapi, kerbau, babi ” katanya.
Termasuk orang-orang Islam juga ikut santap disitu, Agung Aji ? kata saya. ” oh
orang Islam punya jimbangan sendiri dan memasaknya dikampungnya ” katanya.
Selanjutnya
pada hari pesta Raja itu, diadakanyalah suatu pelantikan para pejabat Hindu dan
Muslim. Pada masa itulah mereka harus berikrar sumpah setia kepada pemerintah
belanda. Sesudah itu mereka memegang berbagai jabatan antara lain: ada sebagai
hakim, ada jaksa, ada pula beberapa lid (yuri) yang khusus dibidang agama dan
adat. Untuk perkara hukum adat hindu, maka diputuskanlah oleh Ida Padanda Agung
Gede Mangali. Untuk perkara agama Islam ditetapkan oleh penghulu Datuk Pak
Mahbubah. Sebagai perbekel di Afdeling Jembrana di jabat Datuk Amsyik bergelar
pak Mustika. Dan punggawa dikalangan Hindu dijabat oleh Gusti Ngurah Pasekan.
Maka
dibentuklah sebuah kantor pengadilan yang dinamakan RAAD VAN KERTA terdiri dari
hakim dan jaksa. Sedangkan sebutan raja berganti dengan kata Regint dan sebutan
kerajaan berganti dengan kata Afdeling.
2.
Situasi Negeri Awal masa Regent
Dalam
surat traktat (perjanjian) antara pihak pemerintah hindia Belanda dengan pihak
kerajaan Jembrana tanggal 30 Juni 1849 M. Yang terdiri dari 16 pasal maka pasal
satu berbunyi begini ” ditetapkan, bahwa
raja jembrana ( I gusti Agung putu Ngurah) mengakui daerahnya daerahnya
merupakan bagian dari tanah hindia belanda, dan kerajaan Jembrana harus
mengibarkan bendera belanda (merah, Putih, Biru) baik dipelabuhan-pelabuhan
maupun dikerajaan”
Selanjutnya
pada pertengahan juli 1849 M, datang pula aturan tegas dari pihak Hindia
Belanda kepada pihak kerajaan, yang tertuang dalam surat buslit Belanda
(keputusan )dari gubernur hindia Belanda di Batavia dalam surat Buslit tersebut
dinyatakanya bahwa kekuasaan raja yang tidak terbatas (Absulut Monarchie) di
hapuskan
Raja
jembrana harus tunduk dan patuh akan aturan-aturan yang diturunkan pemerintah
hindia Belanda kepadanya, dari masalah ini, jelas kepada kita bahwa Gusti Agung
putu ngurah menjadi raja yang bergelar Regent, adalah ia memopong diatas bumi orang
lain. Yaitu bumi atau negeri yang dimiliki pemerintah Hindia Belanda dan raja
sendiri sebagai Regent tidak lagi mempunyai kekuasaan penuh atas
pemerintahanya, sebab kekuasaanya sudah nyata-nyata sudah digilas oleh aturan
buslit Belanda yang turun kepadanya itu. Dengan begitu, maka raja putu ngurah
itu tidak lagi berkuasa memerintah, tetapi dikuasai dan diperintah oleh bangsa
kolonil yang berpusat di negeri kincir angin
Selanjutnya
bahwa daerah jembrana itu selalu dibawah penguasa seorang kontrolir telah tegas-tegas memerintahkan kepada raja
supaya mengibarkan bendera belanda dipelabuhan-pelabuhan dan
dikerajaan-kerajaan.
Menurut
sejarah Loloan, bahwa diloloan itu ada tiga pelabuhan perahu. Maka ditiap
pelabuhan itu telah dikibarkan bendera triwarna yaitu merah, putih dan biru.
Pelabuhan-pelabuhan tersebut dari selatan ke utara antara lain : pelabuhan
lubuk Bemter, pelabuhan Pancoran dan Pelabuhan lubuk tengah. Dan satu pelabuhan
lagi yaitu pelabuhan Air Kuning. Dipelabuhan-pelabuhanitulah bendera Belanda
dengan megahnya siang malam berkibar dengan bebasnya diudara negeri jembrana
Menurut
versi jembrana, bahwa bendera tri warna itu juga dikibarkan di kerajaan, yaitu
ditempat-tempat penting antara lain di Puri Agung Negara, Puri Agung Jembrana
di rumah kediaman punggawa jembrana yaitu Gusti Ngurah Pasekan dan dirumah
kediaman perbekel Amsyik alias pak mustika dan dipasar pancoran. Dan satu lagi
bendera Belanda selalu dipancangkan dipelabuhan tramsit dan dekat muara
perancak.
Dan
dengan memasang segala bendera itu ditempat-tempat tersebut, supaya dapat
dimaklumi oleh semua pihak, baik oleh rakyat jembrana maupun oleh masyarakat
luar, bahwa bumi jembrana itu adalah milik bangsa Belanda. Raja dan segala
pejabat kerajaan dan segala rakyat negeri jembrana itu baik yang hindu maupun
yang islam semuanya saja dibawah kekuasaan pemerintah kolonial Belanda. Semua
rakyat negeri jembrana itu bebas berbegar hidup disana , namun memluri kesan
bahwa semuanya itu boleh menumpang hidup saja didalamnya.
Raja
Jembrana Gusti Agung Putu Ngurah sudah tidak punya kekuasaan apa-apa lagi
diatas negerinya itu malah seorang kontrolir Belanda jauh lebih berkuasa dan
berwibawa dari pada dirinya. Raja tersebut diperintahkan untuk melakukan
perkara-perkara yang bersifat traditional saja antara lain pengembangan agama
masing-masing boleh berjalan sebagaimana biasanya.
Agama
orang-orang pribumi jembrana pada awalnya belanda berkuasa itu baru ada dua
saja yaitu Hindu dan Islam. Jika ada agama lain mungkin itu Kristen, yaitu
agama yang dipeluk bangsa penjajah itu, namun sejarah jembrana, tidak pernah
membuktikan bahwa kaum penjajah belanda itu sudah pernah meninggalkan sebuah
gereja di jembrana (kota Negara)
a. Pengembangan
Agama
Dalam
surat buslit Belanda itu menyebutkan bahwa” boleh mengembangkan agama
masing-masing dari kata prioritas tersebut, dapat dipahami bahwa dari pihak
islam tidak terhalang melakukan amal ibadahnya, tidak ada halangan melancarkan
dakwahnya dan tidak ada pula melakukan istiadatnya dan lain-lain.
Begitu
pula agama Hindu bebas berkembang untuk melakukan amal ritualnya dengan segala
adat budayanya. Dari sini kita mengambil kesan bahwa dua kelompok umat beragama
itu saling harga menghargai dalam mereka menjalankan syariat agamanya
masing-masing.
b. Tentang
lestari adat Budaya
Tentang
adat budaya, teap mendapat prioritas dilestarikan dan dikembangkan kaum
muslimin jembrana kental sekali dengan adat budaya Ziarah berziarah hari-hari
besar Islam misalnya memperingati hari Maulud Nabi SAW dengan budaya tatanan
malinya disertai penguntingan rambut balita, adat khitanan upacara pernikahan,
adat kematian dllnya. Semuanya itu tidak terhalang melakukannya begitu pula
adat istiadat dan budaya hindu. Tidak kurang raganya dari pihak Islamyang
menonjol diantaranya adat ritual galungan, kuningan, nyepi mamus adayana, adat
kekawin, adat kelahiran, adat kematian, ngaben dan lain-lain semua adat itu
berjalan terus, tidak ada rintangan apapun.
E. Bidang
Keamaan Negeri
Bidang
keamanan dan ketertiban umum, ditentukan oleh pemerintah hindia Belanda kepada raja
jembrana yang tertuang dalam surat Buslit agar dua keadaan itu tetap terjalin
diatas negeri jembrana itu Raja (Regent) Gusti putu Ngurah, berupaya keras
memurumkan perintah kepada prangkat-prangkat kerajaan seperti para punggawa
agar dimasing-masing wilayah mereka itu tercipta keamanan dan ketertiban . raja
jika berkenan mengadakan sesuatu yang berguna bagi kemaslahatan umum rakyat
dalam negeri jembrana maka harus semufakat para punggawa dan para perangkat
lainnya. Hal itu dilakukan sedemikian demokratis supaya terjalin keamanan dalam
negeri jembrana.
Dalam
surat traktat perjanjian yang dibuat oleh belanda pada pasal 9 berbunyi” Bahwa
raja jembrana berkewajiban untuk membantu pemerintah belanda jika menghadapi
peperangan”
Dari banyak pasal ini membuktikan bahwa pemerintah
Belanda itu benar-benar bertekad supaya negeri jembrana yang diakuinya menjadi
miliknya itu benar-benar aman. Dalam pasal 10 disebut, bahwa raja berjanji
melarang rakyatnya ikut dalam kelompok bajak laut, dan tidak memberi ijin bajak
laut menjual barang-barangnya di darat. Dari pasal ini dapat diketahui, bahwa
segala rakyat jembrana supaya selalu menjaga keamanan dimanapun dan terhadap
siapa saja.
Dalam
pasal 11 disebut, bahwa raja berjanji untuk melepas tawan karang. Dan bila ada
kapal kandas atau perahu, maka raja berhak menolongnya dan menempatkanya
dibawah pemerintahan belanda.
D. Tentang
Ekonomi
Sejak
dahulu kebanyakan peghidupan rakyat jembrana tujuan bidang bertani sawah dan
kebun. Maka pada awal pemerintahan belanda dijembrana, dua bidang sektor
tersebut selalu digalakkan pula tujuan utamanya itu untuk mencapai kemakmuran
hidup bagi rakyat jembrana juga. Karena itu petani rata-rata merasa aman dari
diusik-usik Belanda. Karena itu, hasil sawah dan bidang-bidang rakyat sangat
menunjang bagi kehidupan rakyat itu.
Pasar
rakyat negeri jembrana pada saat itu berada di pancoran Loloan. Dipasar itu
dari segala rakyat dari mana-mana dusun se negeri jembrana tertumpu disana
karena keperluan berdagang. Hindu dan Islam sama-sama berbaur didalamnya
keperluanya sama, namun pergaualan mereka itu selalu aman dan damai. Walaupun
berada dibawah naungan bendera tiga warna bebas berkibar diudara Loloan.
Demikian lagi pelabuhan-pelabuhan perahu itu selalu sibuk oleh para buruh yang
Hindu dan Islam, sama-sama tegar mengais rizkinya disana. Begitu pula keadaan
pelabuhan perahu didesa Air Kuning, selalu saja ramai oleh kaum buruh yang
bekerja disana.
Tiap
unit perahu jika berlayar keperluan niaga di daerah barat Indonesia maupun
dibagian Timur, selalu melengkapi dengan Bendera warna Merah, putih dan Biru.
Dengan demikian, maka perahu-perahu itu diperlakukan baik oeh orang-orang
Belanda yang berkuasa dalam negeri yang dilabuhinya.
Dan
tiap-tiap pemilik tegal, sawah, pekarangan, tiap unit perahu, pelabuhan, pasar
dan lain-lain diwajibkan membayar upeti (pajak) dibayarkan kepada Raja dan raja
membayarkanya setiap bulankepada Commisaris jika telah datang dari Banyuwangi.
3- PENCACAHAN
JIWA
Peristiwa
pelantikan para pejabat negeri jembrana telah berlangsung beberapa bulan kebelakang
pada juli 1849 M. Dan pemerintahan Belanda yang telah merasa memiliki daerah
baru yaitu Jembrana, sudah aktif menjalankan pemerintahanya diatas negeri itu.
Maka langkah awal yang dilakukannya ialah mengadakannya sensus penduduk yaitu
pencacahan jiwa pada tahun 1850 M. Penyelenggara sensus penduduk itu ialah oleh
dinnas topografi dalam wilayah jembrana seluas 887 kilimeter persegi. Dari
hasil sensus penduduk tersebut diketahui bahwa daerah penduduk jembrana dalam
dua wilayah distrik yaitu distrik Jembrana dan Mendoyo 41 Kilometer persegi
dalam 21 desa terdapat 27.300 jiwa diantara desa-desa tersebut , 15 desa
berpenduduk Hindu dan 6 desa lainya berpenduduk Islam antara lain. Air kuning,
Loloan Timur, Loloan Barat, Banyubiru Air Anakan, pengambenngan dan desa Cupel.
Loloan Timur dan Loloan Barat adalah dua Desa dalam lingkungan perkotaan
(negara) berpenduduk Muslimin892 Jiwa diantaranya yang bersuku Arab 17 jiwa,
sedangkan bangsa cina dimasa itu 0 jiwa, masih berkemah maka seluruh penduduk
muslimin dalam daerah Jembrana 1667 jiwa
Maka
seluruh umat muslimin tersebut adalah dibawah kekuasaan perbekel pak mustika
sedangkan seluruh umat hindu dalam wilayah distrik mendoyo adalah dibawah
kekuasaan penggawanya Gusti Ngurah Made Pasekan. Dan seluruh umat hindu dalam
wilayah distrik mendoyo adalah dibawah kekuasaan penggawanya I Gusti Made
Geduk.
D. PUNGGAWA
GUSTI PASEKAN AKRAB DENGAN LOLOAN
Latar Belakang
Pertama
Punggawa
Gusi ngurah Pasekan kekuasaanya adalah atas rakyatnya yang hindu didalam
wilayah di distrik Jembrana. Namun aturan-aturan yang berlaku di atas wilayah
distriknya itu adalah bersesuaian dengan aturan program pemerintah kolonial
Belanda. Pada tanggal 30 juni 1849 M, dirinya dan raja serta dua pejabat tinggi
lainya telah menandatangai traktat perjanjian antara pihak kolonial Belanda
dengan pihak kerajaan Jembrana. Traktat tersebut berisi 16 pasal, yang pada
dasarnya sangat memberatkan pihak jembrana. Pernyataan dalam pasal satu adalah
yang paling ironis dan sangat menyedihkan.
Bunyinya” Raja Putu Ngurah mengakui bahwasanya
daerah jembrana adalah bagian dari tanah negeri Belanda. Akuan Raja seperti itu
ikut ditandatangani Gusi Ngurah Pasekan. Hal itu dilakukan karena keterpaksaan
saja. Betapa tidak , karena kerajaan jembrana itu telah jatuhketangan
pemerintah kolonial Belanda setelah kerajaan Buleleng. Dengan menandatangai
traktat perjanjian itu artinya Punggawa itu ikut mengakui bahwa daera Jembrana
itu adalah milik Belanda.
RaJembrana
Punggawa dan para petinggi lainya harus mengikuti aturan-aturan yang turun dari
pemerintah Belanda Seperti aturan tentang dalam pasal 16 pasal traktat
perjanjian itu.
Dalam
pasal empat traktat itu berbunyi ” Bahwa raja tidak boleh memberikan bangsa
lain untuk menetap dijembrana tanpa ada pemberiatahuan dari pemerintah Belanda.
Dari bunyi pasal tersebut tentu penggawa Gusi Pasekan tidak semudahnya saja
memberikan orang-orang luar masuk di jembrana. Dan setiap orang luar yang
berkenan masuk ke jembrana, pasti awalnya masuk diloloan dahulu Demikian juga
warga yang hendak keluar dari negeri Jembrana itu Pasti melalui Loloan Juga.
Selanjutnya
traktat dalam pasal lima berbunyi bahwa kalau ada orang asing lain berkenan
tinggal dijembrana maka pengawasanya itu diserahkan kepada Raja” dari bunyi
pasal lima tersebut jika ada orang asing yang datang dijembrana maka Gusi
Pasekan merasa wajib mengawasinya. Kedatangan mereka itu pasti melalui Loloan .
apakah mereka itu sekedar sebagai pelancong atauka mereka itu pedagang atau
buruh atau lainya.
Pada
pasal empat belas traktat berbunyi ” Bahwa raja jembrana berkewajiban
menyerahkan penjahat atau serdadu Belanda apabila melarikan diri dari kerajaan
Jembrana” berdasarkan dari bunyi pasal tersebut, Gusi Pasekan selalu peka dan
terus waspad terhadap keadaan dalam negerinya seperti yang dinyatakan dalam
pasal itu, supaya raja jembrana dan dirinya sebagai penggawa tidak salah dimata
hukum pemerintah kolonial Belanda itu. Sehubungan dengan pasal-pasal tersebut
maka acapkalilah Gusio Pasekan itu masuk Loloan tujuan utamanya ialah bermusyawarah
bersama Punggawa Islam, berkenan dengan masalah keamanan negeri Jembrana dan
ketertiban umumnya Punggawa Islam yang lazim disebut pembekel yaitu Datuk
Amsyik juga punya tanggung jawab menciptakan keamanan dan ketertiban dikalangan
kaum muslimin.
Pada
umumnya jika Gusi Pasekan dan Datuk amsyik bermusyawarah mengemban
tugasnyamasing-masingselalu dibantu para pemikiran kaum muslimin Loloan satu
diantara pemuka itu ialah Datuk Sayid Abdullah Al Qodri. Lantaran itu
terkesanlah bahwa Gusi Pasekan itu akrab nian dengan Loloan tersebut, bahwa
tempat tinggal Gusi pasekan ialah di dusun Pemedikan Jembrana di Jero pasekan.
Jika ia berkenan datang di Loloan ditempuhnya lah dengan jalan kaki dengan
jarak duakilometer disebelah barat dusunya itu. Kata sejarah bahwa penggawa
Gusi Pasekan itu acapkali datang-datang di Loloan bukan berarti tiap hari dia
datang disana, melainkan jika ada masalah-masalah yang penting saja. Alasanya ,
karena masih banyak masalah-masalah mesti diurusnya bagi kemaslahatan
masyarakatnya yang hindu se distrik jembrana . begitulah alasan pertama mengapa
Gusi Pasekan itu akrab bergaul di Loloan.
Kedua
a- Kehidupan Pasar
dalam
kampung Loloan dijaman itu ada pasar umum rakyat sedistrik Jembrana. Para
Aktifis pasar itu kebanyakan yang hindunya dari pada yang muslimnya, karena apa
begitu, karena kaum hindu itu dinegeri Jembrana itu tetap peringkat mayoritas
ketimbang musliminya . demikian pula dalam keramaian pasar itu yang hindunya
tetap mayoritas walaupun loloan itu dalam lingkungan muslim. Orang-orang hindu
kebanyakan sebagai pedagang tetap dipasar itu ada pula pedagang musiman
keperluan belanja saja. Para hindu yang berdagang dipasar itu antara lain dari
Mertasari, Lelateng, banjar Tengah, pendem, Jembrana, Pemedilan, Sangkar Agung
dan lain-lain.
Meskipun
pasar Loloan itu diramaikan oleh dua kelompok kaum yang berbeda keyakinannya
namun sejak dulu kenyataanya selalu saja serasih dan damai berkat para warga
itu rutin berpasar maka kebutuhan harian keluarganya dapat dicukupi (versi
Loloan)
b- Sarana Perahu Layar
Pada
masa raja (Regent) Gusti Putu Ngurah di topang tahtanya zaman Kolonial Belanda
di loloan itu ada tiga bandar perahu layar yaitu Bandar Lubuk Banter, Bandar
pancoran dan bandar lubuk tengan, tiap bandar itu selalu sibuk dan ramai oleh
para buruh pelabuhan yang bekerja mengais rizkinya disana kebanyakan kaum buruh
pelabuhan itu dari golongan Hindu diantara yang minoritas Muslim, diceritakan
bahwa para buruh hindu tersebut berasal dari dusun terdekat antara laian,
Mertasari, lelateng, banjar tengah dan dusun pemedikan Jembrana. Para buruh itu
disibukkan oleh banyak matiri yang akan dimuat kedalam perahu-perahu yang akan
bertolak berlayar atau membongkar barang-barang dagangan dari dalam perahu yang
baru mendapat dari luar.
Kepada
saudagar-saudagar perahu para petani Hindu dam wilayah distrik jembrana
menggantungkan harap menjual produk pertanian mereka di bandar-bandar itu.
Karena itu acapkali lapangan dipelabuhan perahu dipadati barang-barang produksi
tani misalnya padi, beras, kopra, kelapa, hasil-hasil palawija bahkan ada pula
saudagar-saudagar yang membeli ternak sapi rakyat yang semuanya itu akan
diperniagakan jauh-jauh di luar pulau Bali, dan pula disebukan apabila padi
sawah dalam masa panen raya betapa melimpah ruahnya lapangan pelabuhan itu
dengan padi-padi yang telah dijual rakyat negeri itu kepada saudagar-saudagar
kayanya disana. Begitulah kenyataanya rata-rata rakyat negeri jembrana itu
tertunjang harapanya untuk kelangsungan hidupnya dan kemakmuran keluarganya.
Begitu pula jika ada perahu-perahu layar yang merapat di darmaga pelabuhan dari
berlayar, maka betapa ramainya rakyat negeri jembrana berbelanja barang-barang
dagangan dari perahu-perahu itu, baik untuk diperdagangkanya pula atau
membelinya Cuma kepentingan rumah tangganya saja.
Gusi
Ngurah Paseka sebagai punggawa, acapkali ia menyaksikan hal-hal seperti itu.
Betapa senang dan puas hatinya yang sekaligus ia berterima kasih kepada loloan
bahwa loloan itu telah banyak sekali melimpahkan jasa budinya kepada rakyatnya
yang hindu dalam distrik Jembrana (datuk Arahim Rahman)
e- Para Penggarap sawah dan Karnyawan
Dalam
masa Gusi Ngurah Pasekan awal Buleleng itu masih aktif menjabat penggawa
jembrana maka jumpahinya untuk beberapa saudagar kayannya di Loloan diantaranya
datuk h Ahmad Noer dan datuk H Moh Amin. Kedua datuk itu banyak sekali memiliki
sawah ladang, juga memiliki perahu layar yang sukses berniaga.
Diceritakan
bahwa Datuk H Ahmad Noer saja memiliki penggarap sawahnya meliputi ratusan
orang laki perempuan, rata-rata petani sawahnya itu kaum Hindu semuanya,
semuanya itu berasal dari distrik Jembrana begitupula Karyawan-karyawanya
mereka bekerja urusan perahu-perahunya. Lebih banyak kaum hindunya dari pada
muslimnya kebanyakan dari kaum muslim jadi orang pelayar, walaupun beberapa
orang diantara Hindu ada yang menjadi pelayar yang tetap bersama muslim lainya.
Gusi Ngurah Pasekan selaku penggawa, menyaksikan benar kenyataan itu. Rata-rata
para saudagar di Loloan itu punya karyawan-karyawan, walaupun tidak seperti yang
ada pada datuk Ahmad Noer itu.
Datuk Ahmad Noer
dan Datuk Moh Aminadalah dua Hartawan yang tinggi sosialnya terhadap
sesamanya. Dari kelebihan harta yang ada pada mereka rata-rata orang yang
mengharap bantuanya pasti tertolong alif mereka. Gusi Ngurah Pasekan
menyaksikan kemyataan itu. Mereka yang tertolong itu meliputi semua kalangan,
baik yang muslim maupun yang Hindu, terutama golongan yang tidak punya.
Punggawa
Jembrana itu merasa bahagia menyaksikan kenyataan itu malah yang banyak
tertolong adalah warga Hindu dari wilayah distriknya. Di akui olehnya bahwa
diukur dari kemampuan diri pribadinya
sebagai seorang Gusi Pasekan maka nyata sekali dirinya itu tidak punya berdayaan untuk berbuat lebih banyak seperti
keberdayaan Loloan yang telah menghidupkan ekonomi Rakyatnya yang Hindu se
Distrik Jembrana.
Adapun
kegiatan-kegiatan yang dilakukan rakyatnya yang Hindu diLoloan antara lain:
- sebagai
pedagang tetap dipasar pancoran Loloan
- sebagai
buruh-buruh dibandar-bandar perahu dagang, dan sebagian lagi sebagai
karyawan urusan perahu-perahu dan sebagai pelayar
- para
petani sawah dan kebun selalu menjual hasilnya bertani kepada
saudagar-saudagar perahu di Loloan demikian pula diantara saudagar itu
beberapa ada yang khusus membeli ternak sapi rakyat
- diantara
rakyat yang hindu jumlahnya ratusan orang laki perempuan adalah sebagai
petani sawah para Hartawan di loloan
Dari faktor itulah mengapa
punggawa Gusi Pasekan itu akrab dengan Loloan. Sekaligus dia sebagai Petinggi
kerajaan Jembrana mengucapkan terima kasih kepada Loloan karena telah banyak
menurunkan budi baiknya, yaitu menghidupkan ekonomi rakyatnya
d. Para
Akrab Gusi Pasekan
Para
tokoh senior muslimin loloan yang akrab penggwa Gusi Ngurah Pasekan itu banyak.
Sebut saja disini beberapa tokoh yang berperan dalam sejarah antara lain
- Datuk
Amsyik bergelar pak Mustika, adalah ia sama menjabat kepunggawaaan seperti
Gusi Pasekan Cuma membawahi sekalian Muslimin saja
- Datuk S.
Abdullah Al Qodri bergelar Syarif tua adalah kepala muslimin se negeri
Jembrana
- Datuk
encik yacub bin Ahmad asal Negeri trangganu Malaysia adalah seorang
Muballigh dalam Lingkungan Loloan
- Datuk
abdullah Hamman asalah seorang Muballigh khotib Jum`at dan Imam Masjid Loloan
- Datuk
Mahbubah adalah Muballigh dan juga sebagai pengulu dan sekaligus anggota
Raad Van Kerta (Pengadilan) khusus dibidang Agama Islam
- Datuk
Syeh Ahmad Bauzin asal jawa timur adalah seorang ulama dan Muballigh yang
acapkali mendampingisyarif tua dalam berdakwah dan sebagai tabib mengobati
orang-orang sakit
Masih banyak tokoh-tokoh ulama
dizaman itu yang tidak dimuat nama mereka dalam tulisan ini maka mereka itulah
yang mengeluti Gusi Pasekan sebagai sahabat mereka yang banyak sekali
menurunkan fatwa-fatwa berguna kepadanya untuk mencapai kesejahteraan hidup dan
keselamatan dalam ia mengemban tugas kepenggawaanya bagi rakyatnya se distrik
jembrana. (versi Loloan)
Tersebut bahwa diantara
pribadi-pribadi warga loloan yang menjadi tokoh yang diakrabi Gusi Pasekan
antara lain:
- Ada satu
keluarga terdiri dari suami istri dan anak-anak suku bali asal sangsit
Buleleng datang keloloan tahun 1817 M. Mereka itu adalah keluarga Raja
Panji Sakti Buleleng, awal mulanya suami istri itu dikena undian harus
menceburkan diri didalam api besar bergejolak untuk adat MASATIA sehubungan adanya upacara ngaben
keluarga kerajaan buleleng, tetapi suami istri yang hindu itu kabur dari
negerinya lalu di loloan semua saja masuk Islam itulah keluarga datuk
jahari Loloan Idris bin Said)
- Bersumber
dari sejarah loloan datuk syeh mujnah menerangkan, pernah diloloan timur
ada satu keluarga suku bali bermukim disana tepatnya mereka berada diujung
timur selatan jembatan syarif tua, nama keluarga itu Gusti I Wayan sari
asal distrik Jembrana. Pada tahun 1830 dan seterusnya I wayan Sari itu
menjadi pegawai kerajaan jembrana dalam masa pemerintahan Raja Gusti Agung
Putu Seloka, namun yang kuasa menentukan dirinya lain maka I Wayan Sari
itu dan keluarganya menjadi Muslim yang taat menjalankan Syariat Islam dan
rajin mengikuti dakwah-dakwah Islamiyah di Loloan, namun nama dirinya itu
didalam islam itu siapa, tidak ada keterangannya. (Datuk KH Iman A Rahman)
- Datuk
Moh Amin adalah warga Loloan sebagai pengusaha yang sukses dan kaya yang
tinggi sosialnya, banyak karyawanya dari golongan hindu Gusi Ngurah
Pasekan sebagai penggawa banyak mendekati putra hatawan itu adalah karena
kebaikanya yang terlalu banyak menolong ekonomi rakyatnya yang Hindu, Buan
karena Moh Amin itu Insan yang kaya harta, dalam riwayat bahwa ibu, ayah
Moh Amin itu adalah Hindu dikerajaan Tabanan. Namun Moh Amin sendiri,
akhirnya menjdi muslim yang taat beribadah karena kesungguhanya berusaha,
maka sukses menjadi hartawan yang rendah hati terhadap sesamanya ( Datuk H
Ali Karim)
- Datuk
Amsyik adalah tokoh utama dalam loloan namanya sudah disebut diatas
jabatanya adalah perbekel di pihak Muslimin sama dengan Gusi Pasekan
sebagai penggawa dalam zaman raja Putu Ngurah memerintah di Afdeling
Jembrana yang menarik dari Gusi Pasekan terhadap datuk amsyik itu karena
ayah dan ibunya hindu di negeri Tabanan bali asal Blambangan Namun Amsyik
menjadi Muslim yang taat syariat Islam. Akhirnya menjabat perbekel yang
disiplin tugas sejak sebelum 1840M (Datuk H. Ali Mahmud)
- satu
diantara senior yang ditokohkan Gusi Ngurah Pasekan di Loloan ialah Daing
Shiling sesekali bila Gusi Pasekan itu berkunjung di Loloan asyik dirinya
itu bercakap-cakap dengan silling soal-soal yang berkenaan dengan sejarah
hidup Shiling yang dipandangnya unik. Shiling yang sudah berputra dua itu
dahulu semasa dirinya remaja diambil menjadi anak angkat oleh keluarga
terpandang desa mendoyo menurut riwayat bahwa keluarga mendoyo itu berasal
dari keluarga Puri Andul lalu bermukim didesa mendoyo sambil menggeluti
lahan bertani di sawah ladangnya, akibat itu maka menjadilah mereka
keluarga yang berpunya. Sayang pasangan suami istri itu tidak mendapat
keturunan. Padahal sudah lama niam mereka itu berumah tangga shiling itu ditemuinya di air
kuning masih status remaja, maka dirinya itu diambilnya menjadi anak
angkat kesayangan mereka sesudah beberapa lamanya, maka suami istri itupun
memperoleh keturunan beberapa putra dan putri shiling itu
dipersaudarakanya. Bahkan dirinya itu adalah kakak mereka yang tertua
riwayat Shiling sebagai berikut :
Pada sekitar tahun 1812 M
dimasa itu Shiling masih remaja sekitar usia 19 tahun namun sudah aktif ikut
bergolak melawan belanda. Maka dirinya itu dianggap Belanda sebagai orang yang
berbahaya bagi kalangan Belanda karena itu dirinya diancam sebagai buronan,
Akhirnya ia kabur dari kraton ayahnya Raja Kerajaan balannipa negeri Majne
Sulawesi Barat dan Shilling pun bertualang kenegri sebrang di tanah jembrana
Bali, tepatnya dalam dusun air kuning disana shiling itu berbaur dengan para
bugis yang sudah lama hidup turun-menurun, untuk menghidupi dirinya itu sebagai
insan yang butuh pangan maka shiling itu menggeluti lahan bertanam palawija di
air kuning.
Pada
tahun 1813 M. Shiling itu diajak hijrah didusun Mendoyo menjadi keluarga ibu
ayah angkat yang belum punya keturunan itu. Disesa mendoyo shiling sebagai
petani sawah yang rajin, sehingga sawah ayah angkat yang digarapnya itu acap
kali memperoleh hasil yang melimpah. Shiling sebagai muslim taat dan aktif akan
syariat agamanya selalu memperoleh prioritas istimewa yaitu tidak pernah
mendapat rintangan apapun dari pihak keluarga mendoyo. Begitulah seterusnya,
sehingga kehidupan antara pihak mendoyo dan dung sholihin itu damai
selama-lamanya.
Pada
suatu masa ayah dan ibu angkatlajim dipanggil agung aji itu, telah melamarkan
sholihin putri loloan yaitu putri datuk tuban asal jawa timur namanya Nyai
Halimah Akhirnya pada tahun 1830 M, sholihin dan halimah menjadi pasangan suami
istri mukim diloloan Barat, dan Halimah itu dipandang oleh agung Aji dan
istrinyasebagai menantu kesayanganya pula, demi pernikahan sholihin dan Halimah
itu lahirlah dua putranya yaitu daeng Muhammad Sheh dan Daeng Aminin
Selanjutnya
jalinan kekeluargaan antara agung aji yang dikenali dengan keluarga I Gusti
Agung Sutayasa itu dan keluarga Daeng Shilling di loloan tetap terjalin
selama-lamanya. Begitulah riwayat Daeng Shiling yang menjadi daya tarik bagi
penggawa Gusi Ngurah Pasekan (keluarga Daeng Aminin Shilling)
- Sejarah
jembrana menyebut
Bahwasanya warga-warga negeri
jembrana yang dahulu Hindu kemudian memeluk Islam masalah itu sudah Lumrah.
Pada zaman Arya Pancoran dalam abab 17, sudah ada beberapa warganya yang
wanitanya menjadi muslimat. Kemudian nikah cara Islam dan terus bermukim
diloloan sampai turun-temurun disana .
Begitu pula pada masa rajaJembrana pertama, raja kedua
samapai pada pemerintahan putu seloka sudah banyak warga Hindu yang hijrah
keyakinanya kepada Islam. Versi Loloan menyebut, bahwa pada masa awal abad 19
M, di masa Buyut Lebai gencar-gencarnya berdakwah, telah banyak warga Hindu
dengan kerelaan Hati sendiri menyatakan diri memeluk Islam. Juga dalam abad 19
Sayyid Abdullah Al Qadri dan Syeh Ahmad
Fauzin berhasil dakwahnya didesa kumbanding pengambengan, sehingga rata-rata
warganya itu menjadi Islam setelah sebelumnya penganut Hindu, Demikian Pula
dalam Zaman Regint Putu Ngurah yaiut diawal kerajaan jembrana dibawah kekuasaan
Kolonial belanda, banyak juga warga hindu menjadi muslim muslimah, Cuma tidak
ada sebutan siapa-siapa nama mereka itu namun mereka itu berasal dari wilayah
distrik jembrana. (jika situasi sekarang
distrik jembrana itu meliputi kecamatan jembrana dan kecamatan negara) (Versi Jembrana)
Dalam Loloan abad 19 ada beberapa saudagar kayanya yang
banyak sekali karyawannya Datuk H Ahmad Noer misalnya karyawannya saja meliputi
ratusan orang laki perempuan, dari golongan Hindu, maka diantara karyawanya ada
beberapa yang memeluk Islam, namun tidak disebut siapa-siapa namanya dan dari
dusun mana mereka dalam distrik jembrana itu. Cuma disebut bahwa diantara
mereka itu ialah warga datuk Syukri. (Datuk H M Yasin)
Setengah dari wanitan hindu dari dusun purma tegal badeng
telah memeluk Islam yang selanjutnya nikah dengan warga Loloan Timur dan
menjadi muslimah yang taat beribadah namanya dengan sebutan mak Benur pada abad
19 an (H Ali Karim)
Demikian pula hartawan-hartwan yang lain datuk H Moh Amin
banyak jasa karyawanya dalam abad 19 diantara karyawanya ada yang menjadi
muslim dan muslimah satu diantaranya disebut namanya wayan Satri dari Banjar
Tengah Negara. Lalu menikah dengan pria loloan Barat (Moh Said Sahin)
Masih banyak bagaimana warga Hindu yang menjadi
muslim/muslimah yang kemudian menjadi warga Loloan atau desa-desa lain dinegeri
Jembrana itu. Dan beberapa diantara mereka itu telah disaksikan oleh Gusi
Pasekan, baik yang lebih dahulu menjdai muslim sebelum dia menjadi penggawa
maupun sesudahnya. (Versi Loloan)
I. Sakwasangka
Rekhen
Pada
Dasarnya bahwa sejak abad 17 lalu yaitu dizaman Arya Pancoran hingga 19 M
dizaman raja Putu Seloka, para ptinggi kerajaan jembrana dan para rajanya
selalu akrab dengan Loloan bahkan mereka bersahabat kepada para pemukannya
sebab mereka itu sadar, bahwa akibat loloan dengan sarana perahu layarnya,
negeri jembrana menjadi masyur dimana-mana dan pula makmur, Cuma satu saja yang
kurang mengenal Loloan apalagi bergaul dengan warganya yaitu anak Agung Made
Raka yang bergelar Gusti Agung Putu Ngurah. Ayahnya yaitu Gusti Agung Putu
Seloka sejak remajanya dahulu selalu bergelar di Loloan, sudah acapkali dia
bermalam dirumah panggung warga Loloan sudah acapkali menyiram diri dengan air
segar Parisi Loloan, sudah acapkali mencicipi masakan Para Dara di Loloan sudah
acap kali dia ikut menjarit layar perahu yang sobek punya orang loloan, jika
Putu Seloka itu memadu cakapnya dengan para rekan sebayannya, maka dialihkanya
dengan bahasa Loloan.Acapkali dirinya itu mendengarkan ceramah dakwah yang
islamiyah di Loloan karena itu kenal benar
dia akan keadaan loloan, bahkan dirinya itu diakui warga disana sebagai
Putra Loloan. Namun Rekhin Gusti Ngurah, yaitu putranya saja yang terkenal
loloan itu, maka pepatah menyebut, ” karena tak kenal, maka tak sayang”
Dalam
satu sisi, Rekhin Gusti Putu Ngurah itu memandang bahwa warganya yang hindu
banyak sekali yang bergaul dengan orang-orang islam di Loloan Ada apa itu ? dan
dipandangnya bahwa warga Hindu yang bergaul disana itu, pemandunya ialah
Punggawa Gusi Ngurah Pasekan, akibat itu maka banyak sekali muda mudi hindu
menjadi Islam dan nikah cara Islam dengan muda mudi Loloan.
Di
Loloan, tidak ada hari-hari yang lenggang dari berhimpunya orang-orang Hindu
disana. Rekhin Putu Ngurah sudah mulai was-was dan curiga akan keadaanya itu
ada apa sebenarnya di Loloan itu dan apa yang dilakukan orang-orang Hindu itu
bersama orang-orang Islam Punggawa Gusi Pasekan Acap Kali berada di Loloan,
sedangkan warga warga Hindu telah banyak sekali yang menjadi Islam, yang jelas
bahwa pemandunya itu ialah Gusi Ngurah Pasekan. Begitulah was-was hati dan sak
wasangka Rekhin gusti Putu Ngurah itu
kepada penggawa yang pemerhati rakyat itu. Kepada kaum muslimin yang bernama
Sayid Abdullah Al Qadri yang kuat daya pengaruhnya sangat keras dicurigai
Rekhin, telah berupaya menumpulkan orang-orang Hindu kepihaknya
sebanyak-banyaknya, nanti apabila kekuatan mereka itu sudah besar bersama
orang-orang Islam maka kelompok itu akan bertindak menggulingkan Rekhin Gusti
Putu Ngurah dari Korsi singgasananya yang sah
Perasaan
sakwasangka seperti itulah yang menggoda hati Rekhin itu yang kian hari kian
menjadi berat dalam batinya. Akibat itu dia menjadi orang pemarah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar